A.
Penelitian Pengembangan
Penelitian dan
Pengembangan atau Research
and Development (R&D) adalah strategi atau metode
penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Yang dimaksud dengan
Penelitian dan Pengembangan atau Research
and Development (R&D)
adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggung
jawabkan.
Menurut
Sujadi (2003:164) Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D)
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk
baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.
Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat
keras(hardware), seperti
buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa
juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk
pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau
laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem manajemen,
dan lain-lain.
Penelitian pengembangan pendidikan sains adalah suatu jenis
penelitian yang bertujuan mengembangkan suatu produk pendidikan dan/atau
pembelajaran sains serta menvalidasi efektivitas, efisiensi, dan/atau daya
tarik produk yang dihasilkan. Contoh produk: materi pelatihan guru sains,
metode pembelajaran sains, metode pembelajaran sains, paket pembelajaran sains
tercetak, paket pembelajaran sains berbentuk CD (Soekardjo, 2008).
B.
Tujuan Penelitian Pengembangan
Menurut Reski (2012)
tujuan dari penelitian pengembangan adalah:
1. Menghasilkan
rancangan produk digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dilakukan
melalui uji-ahli.
2. Menguji keefektifan
produk sebagai fungsi validasi, dilakukan melalui uji coba terbatas, pada
target di mana produk akan digunakan
untuk pembelajaran
3. Menguji efisiensi,
kemenarikan, dan kemudahan produk, di ujicoba lapangan, pada target yang lebih
luas dimana produk akan digunakan untuk pembelajaran
C. Karakteristik dan Ciri Penelitian
Pengembangan
Menurut Santyasa (2009), penelitian pengembangan dalam
rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut
1. Masalah
yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif
atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggungjawaban
profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran
2. Pengembangan
model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang
keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3. Prosedur
pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba
lapangan serta terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan
bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan,
validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara
jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
4. Proses
perkembangan model, pendekatan, modul, dan media pembelajaran perlu
didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan
kaidah penulisan yang mencerminkan originalitas.
Menurut
Borg and Gall, terdapat empat ciri utama dalam penelitian dan pengembangan, yaitu
1. Studying research findings pertinent to the
product to be develop
Artinya,
melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelitian
terkait dengan produk yang akan dikembangkan.
2. Developing the
product base on this findings
Artinya,
mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut.
3. Field testing in the
setting where it will be used ebentually
Artinya,
dilakukan uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana produk
tersebut nantinya digunakan.
4. Revising it to
correct the deficiencies found in the field-testing stage.
Artinya,
melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam
tahap-tahap uji lapangan.
D. Metodologi Penelitian Pengembangan
Menurut Tim Puslitjaknov (2008) metode Penelitian
Pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu : (1) Model pengembangan, (2)
Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari masing-masing
komponen adalah sebagai berikut :
1) Model pengembangan
Model Pengembangan merupakan dasar untuk
mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa
model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Model prosedural adalah
model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti
untuk menghasilkan produk. Model konseptual adalah model yang bersifat
analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen
secara rinci dan menunjukkan hubungan
antar komponen yang akan
dikembangkan. Model teoritik adalah model yang menggambar kerangka berfikir
yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empirik.
2) Prosedur penelitian pengembangan
Prosedur penelitian
pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh oleh peneliti/pengembang
dalam membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan
dalam memaparkan komponen rancangan produk yang dikembangkan. Dalam prosedur,
peneliti menyebutkan sifat-sifat komponen pada setiap
tahapan dalam pengembangan, menjelaskan secara analitis
fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan
antar komponen dalam sistem.
Sebagai
contoh Prosedur pengembangan yang dilakukan
Borg dan Gall (1983) mengembangkan pembelajaran mini
(mini course) melalui 10 langkah:
1.
Melakukan
penelitian pendahuluan (prasurvei) untuk mengumpulkan informasi
(kajian pustaka, pengamatan kelas), identifikasi permasalahan yang
dijumpai dalam pembelajaran, dan merangkum permasalahan
2.
Melakukan perencanaan
(identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan, penentuan
urutan pembelajaran, dan uji ahli atau ujicoba pada skala kecil, atau expert
judgement
3.
Mengembangkan
jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi pembelajaran, penyusunan
buku pegangan, dan perangkat evaluasi.
4.
Melakukan
uji coba lapangan tahap awal, dilakukan terhadap 2-3 sekolah menggunakan 6-10
subyek ahli. Pengumpulan informasi/data dengan menggunakan observasi,
wawancara, dan kuesioner, dan dilanjutkan analisis data.
5.
Melakukan
revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil
uji lapangan awal
6.
Melakukan
uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 3-5 sekolah, dengan 30-80 subyek.
Tes/penilaian tentang prestasi belajar siswa dilakukan sebelum dan sesudah
proses pembelajaran.
7.
Melakukan
revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil
uji lapangan utama.
8.
Melakukan
uji lapangan operasional (dilakukan terhadap 10-30 sekolah, melibatkan 40-200
subyek), data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner.
9.
Melakukan
refisi terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba lapangan
10. Mendesiminasikan
dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui
pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk sosialisasi
produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontrol kualitas.
3)
Uji Coba Model atau Produk
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang
sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan
produk selesai. Uji coba model
atau produk bertujuan
untuk mengetahui apakah produk
yang dibuat layak
digunakan atau tidak. Uji coba
model atau produk juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai
sasaran dan tujuan.
Model
atau produk yang
baik memenuhi 2
kriteria yaitu : kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan
kriteria penampilan (presentation criteria).
Ujicoba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2) Uji
terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3)
Uji-lapangan (field Testing)
Dengan
uji coba kualitas model atau produk yang dikembangkan betul-betul teruji secara
empiris.
1. Desain Uji Coba
Ada 3 tahapan dalam uji coba produk:
a.
Uji ahli atau
Validasi, dilakukan dengan responden para ahli perancangan model
atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan
masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgement
atau Teknik Delphi.
b.
Analisis konseptual c. Revisi I
d.
Uji Coba
Kelompok Kecil, atau
Uji terbatas dilakukan terhadap
kelompok kecil sebagai pengguna produk.
e.
Revisi II
f. Uji Coba Lapangan (field testing)
g.
Telaah Uji Lapangan
h.
Revisi III
i. Produk Akhir dan Diseminasi
2. Subyek Uji Coba.
Subyek uji coba atau sampel untuk uji coba, dilihat
dari jumlah dan cara memilih sampel perlu dipaparkan secara jelas. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sampel.
a.
Penentuan sampel yang digunakan disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup dan
tahapan penelitian pengembangan.
b.
Sampel hendaknya representatif, terkait dengan jenis produk yang akan dikembangkan,
terdiri atas tenaga ahli dalam bidang studi, ahli perancangan produk,
dan sasaran pemakai produk.
c.
Jumlah sampel uji coba tergantung tahapan uji coba tahap awal (preliminary field test).
3.
Jenis Data
Dalam uji coba, data digunakan sebagai dasar untuk
menentukan keefektifan, efisiensi, dan daya tarik produk yang dihasilkan. Jenis
data yang akan dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan
tentang produk yang dikembangkan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Bisa terjadi data yang dikumpulkan hanya data tentang pemecahan masalah yang
terkait dengan keefektifan dan efisiensi, atau data tentang daya tarik produk
yang dihasilkan.
Paparan data hendaknya dikaitkan dengan desain
penelitian dan subyek uji coba tertentu.
Data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan terhadap subyek ahli isi,
kelompok kecil, atau ketiganya. Dalam Uji Ahli, data yang terungkap antara lain
ketepatan substansi, ketepatan metode, ketapatan desain produk, dsb.
4. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Dalam pengumpulan data dapat digunakan berbagai
teknik pengumpulan data atau pengukuran yang disesuaikan dengan karakteristik
data yang akan dikumpulkan dan responden penelitian.
a. Teknik
pengumpulan data seperti
observasi, wawancara, dan kuesioner.
b.
Pengumpulan data dapat
menggunakan Instrumen yang sudah ada. Untuk ini perlu kejelasan mengenai
karateristik instrumen, mencakup kesahihan (validitas), kehandalan
(reliabilitas), dan pernah dipakai dimana dan untuk mengukur apa..
c. Instrumen
dapat dikembangkan sendiri
oleh oleh peneliti, oleh karena itu perlu kejelasan prosedur
pengembangannya, tingkat validitas dan reliabilitas.
5. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan
dengan jenis data
dikumpulkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis
data:
a. Analisis data mencakup prosedur organisasi data,
reduksi, dan penyajian data baik dengan tabel, bagan, atau grafik.
b. Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan
komponen produk yang dikembangkan
c.
Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.
d. Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal-
hal yang bersifat faktual, dengan tanpa interpretasi pengembang, sehingga
sebagai dasar dalam melakukan revisi produk.
e.
Dalam analisis data
penggunaan perhitungan dan analisis
statistik sejalan
dengan
permasalahan yang diajukan, dan produk yang akan dikembangkan.
f. Laporan atau sajian harus diramu dalam format
yang tepat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan konsumen, atau calon pemakai
produk.
6. Penyajian Hasil Pengembangan
Penyajian data hasil uji coba hendaknya komunikatif,
sesuai dengan jenis dan karakteristik produk
dan calon konsumen
pemakai produk. Penyajian
yang komunikatif akan membantu
konsumen/pengguna produk dalam mencerna informasi yang disajikan, dan menumbuhkan
ketertarikan untuk menggunakan model atau produk hasil pengembangan.
E. Tahapan Kegiatan Pengembangan
Model pengembangan perangkat Four-D Model disarankan
oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974).
Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan
Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian,
perancangan, pengembangan, dan penyebaran.
Tahap I: Define (Pendefinisian)
Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima
langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis siswa
(learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept
analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional
objectives).
1. Analisis Ujung
Depan (front-end analysis)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis ujung depan
bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam
pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Dengan
analisis ini akan didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif
penyelesaian masalah dasar, yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan
bahan ajar yang dikembangkan.
2. Analisis Siswa (learner analysis)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis siswa
merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain
pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik itu meliputi latar belakang
kemampuan akademik (pengetahuan), perkembangan kognitif, serta
keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik
pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih. Analisis siswa dilakukan
untuk mendapatkan gambaran karakteristik siswa, antara lain: (1) tingkat kemampuan
atau perkembangan intelektualnya, (2) keterampilan-keterampilan individu atau
sosial yang sudah dimiliki dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan.
3. Analisis konsep (concept analysis)
Analisis konsep menurut Thiagarajan, dkk (1974)
dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya
dalam bentuk hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang
kritis dan yang tidak relevan. Analisis membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh
dan bukan contoh untuk digambarkan dalam mengantar proses pengembangan.
Analisis konsep sangat diperlukan guna
mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan deklaratif atau prosedural pada materi
matematika yang akan dikembangkan. Analisis konsep merupakan satu langkah
penting untuk memenuhi prinsip kecukupan dalam membangun konsep atas
materi-materi yang digunakan sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan
standar kompetensi.
Mendukung analisis konsep ini, analisis-analisis yang
perlu dilakukan adalah (1) analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang bertujuan untuk menentukan jumlah dan jenis bahan ajar, (2) analisis
sumber belajar, yakni mengumpulkan dan mengidentifikasi sumber-sumber mana yang
mendukung penyusunan bahan ajar.
4. Analisis Tugas (task analysis)
Analisis tugas menurut Thiagarajan, dkk (1974)
bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan
dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya kedalam himpunan keterampilan tambahan
yang mungkin diperlukan. Analisis ini memastikan ulasan yang menyeluruh tentang
tugas dalam materi pembelajaran.
5. Perumusan Tujuan
Pembelajaran (specifying instructional
objectives)
Perumusan tujuan pembelajaran menurut Thiagarajan, dkk
(1974) berguna untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas
untuk menentukan perilaku objek penelitian. Kumpulan objek tersebut menjadi
dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran yang kemudian di
integrasikan ke dalam materi perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh
peneliti.
Tahap II: Design (Perancangan)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat
pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1)
penyusunan standar tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media
(media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan
pembelajaran, (3) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji
format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan
dikembangkan, (4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang
dipilih. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan tes
acuan patokan (constructing
criterion-referenced test)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974), penyusunan tes acuan
patokan merupakan langkah yang menghubungkan antara tahap pendefinisian
(define) dengan tahap perancangan (design). Tes acuan patokan disusun
berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis siswa, kemudian
selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang dikembangkan
disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif.
Penskoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan
pedoman penskoran setiap butir soal.
2. Pemilihan media (media selection)
Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media
pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih dari itu, media
dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan analisis tugas,
karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan atribut yang
bervariasi dari media yang berbeda-beda.hal ini berguna untuk membantu siswa
dalam pencapaian kompetensi dasar. Artinya, pemilihan media dilakukan untuk
mengoptimalkan penggunaan bahan ajar dalam proses pengembangan bahan ajar pada
pembelajaran di kelas.
3. Pemilihan format (format selection)
Pemilihan format dalam pengembangan perangkat
pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran,
pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Format
yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan membantu
dalam pembelajaran matematika realistik.
4. Rancangan awal (initial design)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 7) “initial design is
the presenting of the essential instruction through appropriate media and in a
suitable sequence.” Rancangan awal yang
dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan
sebelum ujicoba dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas
pembelajaran yang terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan praktek
kemampuan pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar.
Tahap III: Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan
produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian
ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan
(developmental testing).
Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk
menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi
berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil ujicoba. Langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1. Validasi
ahli/praktisi (expert appraisal)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 8), “expert appraisal
is a technique for obtaining suggestions for the improvement of the material.”
Penilaian para ahli/praktisi terhadap perangkat pembelajaran mencakup: format,
bahasa, ilustrasi dan isi. Berdasarkan masukan dari para ahli, materi
pembelajaran di revisi untuk membuatnya lebih tepat, efektif, mudah digunakan,
dan memiliki kualitas teknik yang tinggi.
2. Uji coba pengembangan
(developmental testing)
Ujicoba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan
langsung berupa respon, reaksi, komentar siswa, dan para pengamat terhadap
perangkat pembelajaran yang telah disusun. Menurut Thiagarajan, dkk (1974)
ujicoba, revisi dan ujicoba kembali terus dilakukan hingga diperoleh perangkat
yang konsisten dan efektif.
Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)
Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir
pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk
pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau
sistem. Produsen dan distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas
materi dalam bentuk yang tepat. Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the
terminal stages of final packaging, diffusion, and adoption are most important
although most frequently overlooked.”
Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan
untuk mengetahui efektifitas penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran.
Penyebaran dapat juga dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada para
praktisi pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini
dengan tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk
menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh para pengguna
produk.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam
melakukan diseminasi adalah: (1) analisis pengguna, (2) menentukan strategi dan
tema, (3) pemilihan waktu, dan (4) pemilihan media.
1. Analisis Pengguna
Analisis pengguna adalah langkah awal dalam tahapan
diseminasi untuk mengetahui atau menentukan pengguna produk yang telah
dikembangkan. Menurut Thiagarajan, dkk (1974), pengguna produk bisa dalam
bentuk individu/perorangan atau kelompok seperti: universitas yang memiliki
fakultas/program studi kependidikan, organisasi/lembaga persatuan guru,
sekolah, guru-guru, orangtua siswa, komunitas tertentu, departemen pendidikan
nasional, komite kurikulum, atau lembaga pendidikan yang khusus menangani anak
cacat.
2. Penentuan strategi
dan tema penyebaran
Strategi penyebaran adalah rancangan untuk pencapaian
penerimaan produk oleh calon pengguna produk pengembangan. Guba (Thiagarajan,
1974) memberikan beberapa strategi penyebaran yang dapat digunakan berdasarkan
asumsi pengguna diantaranya adalah: (1) strategi nilai, (2) strategi rasional,
(3) strategi didaktik, (4) strategi psikologis, (5) strategi ekonomi dan (6)
strategi kekuasaan.
3. Waktu
Menurut Thiagarajan, dkk (1974) selain menentukan
strategi dan tema, peneliti juga harus merencanakan waktu penyebaran. Penentuan
waktu ini sangat penting khususnya bagi pengguna produk dalam menentukan apakah
produk akan digunakan atau tidak (menolaknya).
4. Pemilihan media
penyebaran
Menurut Thiagarajan, dkk (1974) dalam penyebaran
produk, beberapa jenis media dapat digunakan. Media tersebut dapat berbentuk
jurnal pendidikan, majalah pendidikan, konferensi, pertemuan, dan perjanjian
dalam berbagai jenis serta melalui pengiriman lewat e-mail.
Untuk kepentingan diseminasi ini, Thiagarajan, dkk
(1974: 173) menetapkan kriteria keefektifan diseminasi, yaitu:
1. Clarity. Information should be clearly
stated, with a particular audience in mind.
2. Validity. The information should present a
true picture.
3. Pervasiveness. The information should reach
all of the intended audience.
4. Impact. The information should evoke the
desire response from intended audience.
5. Timeliness. The information should be
disseminated at the most opportune time.
6. Practicality. The information should be presented
in the form best suited to the scope of the project, considering such
limitations as distance and available resources.
F. Kerangka Analisis Proyek-Proyek
Penelitian Pengembangan baik pada Skripsi, Thesis
maupun Disertasi
Kerangka ini didapat dari buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (PPKI) Universitas Negeri Malang.
BAB I PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang Masalah .........................................................
b.
Tujuan Penelitian dan
Pengembangan ....................................
c.
Spesifikasi Produk
yang Diharapkan......................................
d.
Pentingnya Penelitian
dan Pengembangan..............................
e.
Asumsi dan Keterbatasan
Penelitian dan Pengembangan.......
f.
Definisi Istilah atau Definisi Operasional...............................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
a.
Pengertian Belajar
dan Pembelajaran Seni Budaya................
b.
Media dan Multimedia Pembelajaran.....................................
a. Klasifikasi Media................................................................
b. Nilai dan Manfaat Media....................................................
c.
Kriya Anyam...........................................................................
d.
Software yang
Digunakan dalam Pembuatan Media
Pembelajaran...........................................................................
BAB III METODE
PENELITIAN
& PENGEMBANGAN
A.
Model Penelitian dan Pengembangan.....................................
B.
Prosedur Penelitian dan Pengembangan.................................
C.
Uji Coba Produk.....................................................................
1. Desain Uji Coba...............................................................
2. Subjek Coba.....................................................................
3. Jenis Data.........................................................................
4. Instrumen Pengumpulan Data..........................................
5. Teknik Analisis Data........................................................
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN
A.
Penyajian Data Validasi..........................................................
B.
Analisis Data Validasi.............................................................
C.
Revisi Produk..........................................................................
D.
Penyajian Data Uji Coba……............................................... ..
E.
Analisis Data Uji Coba…….................................................. ..
BAB V KAJIAN DAN SARAN
A.
Kajian Produk yang Telah Direvisi……................................ ..
B.
Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk
... Lebih
Lanjut…….................................................................. .
G.
Sumber Pustaka
Borg, W.R & Gall, M.D. Gall, 1989. Educational Research: An Introduction Fifth Edition. New York:
Longman.
Buhari, Bustang. 2013. Four-D Model
(Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari Thiagarajan, dkk),
(Online), (https://bustangbuhari.wordpress.com/), diakses
11 April 2015.
Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan. 2008. Metode
Penelitian Pengembangan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sujadi. 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Rineka
cipta
Sukardjo. 2008. Hand
Out Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PPs UNY
Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training
Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership
Training Institute/Special Education, University of Minnesota.
Tim Penyusun Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. 2010. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah.
Malang: UM Press.
Wati Salam, Reski. 2012. Penelitian
Pengembangan, (Online), (http://reskiwatisalam.blogspot.co.id/2012/12/penelitian-pengembangan.html),
diakses tanggal 20 Oktober 2015
No comments:
Post a Comment