Laman

Saturday 19 December 2015

PENELITIAN PENGEMBANGAN

A.  Penelitian Pengembangan
Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktek. Yang dimaksud dengan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut Sujadi (2003:164) Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah  suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras(hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem manajemen, dan lain-lain.
Penelitian pengembangan pendidikan sains adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan mengembangkan suatu produk pendidikan dan/atau pembelajaran sains serta menvalidasi efektivitas, efisiensi, dan/atau daya tarik produk yang dihasilkan. Contoh produk: materi pelatihan guru sains, metode pembelajaran sains, metode pembelajaran sains, paket pembelajaran sains tercetak, paket pembelajaran sains berbentuk CD (Soekardjo, 2008).

B.  Tujuan Penelitian Pengembangan
Menurut Reski (2012) tujuan dari penelitian pengembangan adalah:
1.  Menghasilkan rancangan produk digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dilakukan melalui uji-ahli.
2.  Menguji keefektifan produk sebagai fungsi validasi, dilakukan melalui uji coba terbatas, pada target di mana produk akan  digunakan untuk pembelajaran
3.  Menguji efisiensi, kemenarikan, dan kemudahan produk, di ujicoba lapangan, pada target yang lebih luas dimana produk akan digunakan untuk pembelajaran

C. Karakteristik dan Ciri Penelitian Pengembangan
Menurut Santyasa (2009), penelitian pengembangan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut
1.  Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggungjawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran
2.  Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3.  Prosedur pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan serta terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
4.  Proses perkembangan model, pendekatan, modul, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penulisan yang mencerminkan originalitas.
            Menurut Borg and Gall, terdapat empat ciri utama dalam penelitian dan pengembangan, yaitu
1.  Studying research findings pertinent to the product to be develop
Artinya, melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan.
2. Developing the product base on this findings
Artinya, mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut.
3. Field testing in the setting where it will be used ebentually
Artinya, dilakukan uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut nantinya digunakan.
4. Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage.
Artinya, melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan.

D. Metodologi Penelitian Pengembangan
Menurut Tim Puslitjaknov (2008) metode Penelitian Pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu : (1) Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut :
1)   Model pengembangan
Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan  hubungan antar komponen yang akan dikembangkan. Model teoritik adalah model yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empirik.
2)   Prosedur penelitian pengembangan
Prosedur penelitian  pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh oleh peneliti/pengembang dalam membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan dalam memaparkan komponen rancangan produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, peneliti menyebutkan sifat-sifat komponen pada     setiap     tahapan     dalam     pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan   hubungan   antar   komponen   dalam sistem. 
Sebagai  contoh  Prosedur  pengembangan yang  dilakukan  Borg  dan  Gall (1983) mengembangkan pembelajaran mini (mini course) melalui 10 langkah:
1.      Melakukan penelitian pendahuluan (prasurvei) untuk mengumpulkan  informasi  (kajian pustaka, pengamatan kelas), identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran, dan merangkum permasalahan
2.      Melakukan  perencanaan  (identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan uji ahli atau ujicoba pada skala kecil, atau expert judgement
3.      Mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi.
4.      Melakukan uji coba lapangan tahap awal, dilakukan terhadap 2-3 sekolah menggunakan 6-10 subyek ahli. Pengumpulan informasi/data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan kuesioner, dan dilanjutkan analisis data.
5.      Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal
6.      Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 3-5 sekolah, dengan 30-80 subyek. Tes/penilaian tentang prestasi belajar siswa dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran.
7.      Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji lapangan utama.
8.      Melakukan uji lapangan operasional (dilakukan terhadap 10-30 sekolah, melibatkan 40-200 subyek), data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner.
9.      Melakukan refisi terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba lapangan
10.  Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontrol kualitas.
3) Uji Coba Model atau Produk
Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba model   atau   produk   bertujuan   untuk   mengetahui apakah  produk  yang  dibuat  layak  digunakan  atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.
Model  atau  produk  yang  baik  memenuhi  2  kriteria yaitu : kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan kriteria penampilan (presentation criteria).
Ujicoba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2) Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3) Uji-lapangan (field Testing)
Dengan uji coba kualitas model atau produk yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.

1.  Desain Uji Coba
Ada 3 tahapan dalam uji coba produk:
a. Uji   ahli   atau   Validasi,   dilakukan   dengan responden para ahli perancangan model atau produk. Kegiatan ini dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan untuk perbaikan. Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgement atau Teknik Delphi.
b. Analisis konseptual c. Revisi I
d. Uji  Coba  Kelompok  Kecil,  atau  Uji  terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk.
e. Revisi II
f.  Uji Coba Lapangan (field testing)
g. Telaah Uji Lapangan
h. Revisi III
i.  Produk Akhir dan Diseminasi

2.  Subyek Uji Coba.
Subyek uji coba atau sampel untuk uji coba, dilihat dari jumlah dan cara memilih sampel perlu dipaparkan secara jelas. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sampel.
a. Penentuan sampel yang digunakan disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup dan tahapan penelitian pengembangan.
b. Sampel hendaknya representatif, terkait dengan jenis produk yang akan  dikembangkan,  terdiri atas tenaga ahli dalam bidang studi, ahli perancangan produk, dan sasaran pemakai produk.
c. Jumlah sampel uji coba tergantung tahapan uji coba tahap awal (preliminary field test).

3. Jenis Data
Dalam uji coba, data digunakan sebagai dasar untuk menentukan keefektifan, efisiensi, dan daya tarik produk yang dihasilkan. Jenis data yang akan dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bisa terjadi data yang dikumpulkan hanya data tentang pemecahan masalah yang terkait dengan keefektifan dan efisiensi, atau data tentang daya tarik produk yang dihasilkan.
Paparan data hendaknya dikaitkan dengan desain penelitian dan subyek uji coba tertentu.   Data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan terhadap subyek ahli isi, kelompok kecil, atau ketiganya. Dalam Uji Ahli, data yang terungkap antara lain ketepatan substansi, ketepatan metode, ketapatan desain produk, dsb.

4.  Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Dalam pengumpulan data dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan data atau pengukuran yang disesuaikan dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan dan responden penelitian.
a.  Teknik  pengumpulan  data  seperti  observasi, wawancara, dan kuesioner.
b. Pengumpulan   data   dapat   menggunakan Instrumen yang sudah ada. Untuk ini perlu kejelasan mengenai karateristik instrumen, mencakup kesahihan (validitas), kehandalan (reliabilitas), dan pernah dipakai dimana dan untuk mengukur apa..
c.  Instrumen  dapat  dikembangkan  sendiri  oleh oleh peneliti, oleh karena itu perlu kejelasan prosedur pengembangannya, tingkat validitas dan reliabilitas.

5.  Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan  jenis  data  dikumpulkan.  Beberapa  hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data:
a.  Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan tabel, bagan, atau grafik.
b.  Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang dikembangkan
c. Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.
d.  Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal- hal yang bersifat faktual, dengan tanpa interpretasi pengembang, sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk.
e. Dalam     analisis     data     penggunaan perhitungan  dan  analisis  statistik  sejalan
dengan permasalahan yang diajukan, dan produk yang akan dikembangkan.
f.  Laporan atau sajian harus diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan konsumen, atau calon pemakai produk.

6.  Penyajian Hasil Pengembangan
Penyajian data hasil uji coba hendaknya komunikatif, sesuai dengan jenis dan karakteristik produk  dan  calon  konsumen  pemakai  produk. Penyajian yang   komunikatif akan membantu konsumen/pengguna produk dalam mencerna informasi yang disajikan, dan menumbuhkan ketertarikan untuk menggunakan model atau produk hasil pengembangan.

E. Tahapan Kegiatan Pengembangan
Model pengembangan perangkat Four-D Model disarankan oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.

Tahap I: Define (Pendefinisian)
Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan pembelajaran (specifying instructional objectives).

1.  Analisis Ujung Depan (front-end analysis)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini akan didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan bahan ajar yang dikembangkan.

2.  Analisis Siswa (learner analysis)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik itu meliputi latar belakang kemampuan akademik (pengetahuan), perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih. Analisis siswa dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik siswa, antara lain: (1) tingkat kemampuan atau perkembangan intelektualnya, (2) keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang sudah dimiliki dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

3.  Analisis konsep (concept analysis)
Analisis konsep menurut Thiagarajan, dkk (1974) dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan. Analisis membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh dan bukan contoh untuk digambarkan dalam mengantar proses pengembangan.
Analisis konsep sangat diperlukan guna mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan deklaratif atau prosedural pada materi matematika yang akan dikembangkan. Analisis konsep merupakan satu langkah penting untuk memenuhi prinsip kecukupan dalam membangun konsep atas materi-materi yang digunakan sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi.
Mendukung analisis konsep ini, analisis-analisis yang perlu dilakukan adalah (1) analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang bertujuan untuk menentukan jumlah dan jenis bahan ajar, (2) analisis sumber belajar, yakni mengumpulkan dan mengidentifikasi sumber-sumber mana yang mendukung penyusunan bahan ajar.

4.  Analisis Tugas (task analysis)
Analisis tugas menurut Thiagarajan, dkk (1974) bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya kedalam himpunan keterampilan tambahan yang mungkin diperlukan. Analisis ini memastikan ulasan yang menyeluruh tentang tugas dalam materi pembelajaran.

5.  Perumusan Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives)
Perumusan tujuan pembelajaran menurut Thiagarajan, dkk (1974) berguna untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan perilaku objek penelitian. Kumpulan objek tersebut menjadi dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran yang kemudian di integrasikan ke dalam materi perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti.

Tahap II: Design (Perancangan)
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:



1.  Penyusunan tes acuan patokan (constructing criterion-referenced test)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974), penyusunan tes acuan patokan merupakan langkah yang menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap perancangan (design). Tes acuan patokan disusun berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis siswa, kemudian selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif.  Penskoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.

2.  Pemilihan media (media selection)
Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih dari itu, media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan analisis tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda.hal ini berguna untuk membantu siswa dalam pencapaian kompetensi dasar. Artinya, pemilihan media dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan ajar dalam proses pengembangan bahan ajar pada pembelajaran di kelas.

3.  Pemilihan format (format selection)
Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Format yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan membantu dalam pembelajaran matematika realistik.

4.  Rancangan awal (initial design)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 7) “initial design is the presenting of the essential instruction through appropriate media and in a suitable sequence.”  Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum ujicoba dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan praktek kemampuan pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar.

Tahap III: Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan (developmental testing).
Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil ujicoba. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1.  Validasi ahli/praktisi (expert appraisal)
Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 8), “expert appraisal is a technique for obtaining suggestions for the improvement of the material.” Penilaian para ahli/praktisi terhadap perangkat pembelajaran mencakup: format, bahasa, ilustrasi dan isi. Berdasarkan masukan dari para ahli, materi pembelajaran di revisi untuk membuatnya lebih tepat, efektif, mudah digunakan, dan memiliki kualitas teknik yang tinggi.

2.  Uji coba pengembangan (developmental testing)
Ujicoba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan langsung berupa respon, reaksi, komentar siswa, dan para pengamat terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun. Menurut Thiagarajan, dkk (1974) ujicoba, revisi dan ujicoba kembali terus dilakukan hingga diperoleh perangkat yang konsisten dan efektif.

Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)

Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk yang tepat. Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the terminal stages of final packaging, diffusion, and adoption are most important although most frequently overlooked.”
Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat juga dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada para praktisi pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh para pengguna produk.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan diseminasi adalah: (1) analisis pengguna, (2) menentukan strategi dan tema, (3) pemilihan waktu, dan (4) pemilihan media.

1.  Analisis Pengguna
Analisis pengguna adalah langkah awal dalam tahapan diseminasi untuk mengetahui atau menentukan pengguna produk yang telah dikembangkan. Menurut Thiagarajan, dkk (1974), pengguna produk bisa dalam bentuk individu/perorangan atau kelompok seperti: universitas yang memiliki fakultas/program studi kependidikan, organisasi/lembaga persatuan guru, sekolah, guru-guru, orangtua siswa, komunitas tertentu, departemen pendidikan nasional, komite kurikulum, atau lembaga pendidikan yang khusus menangani anak cacat.

2.  Penentuan strategi dan tema penyebaran
Strategi penyebaran adalah rancangan untuk pencapaian penerimaan produk oleh calon pengguna produk pengembangan. Guba (Thiagarajan, 1974) memberikan beberapa strategi penyebaran yang dapat digunakan berdasarkan asumsi pengguna diantaranya adalah: (1) strategi nilai, (2) strategi rasional, (3) strategi didaktik, (4) strategi psikologis, (5) strategi ekonomi dan (6) strategi kekuasaan.
3.  Waktu
Menurut Thiagarajan, dkk (1974) selain menentukan strategi dan tema, peneliti juga harus merencanakan waktu penyebaran. Penentuan waktu ini sangat penting khususnya bagi pengguna produk dalam menentukan apakah produk akan digunakan atau tidak (menolaknya).

4.  Pemilihan media penyebaran
Menurut Thiagarajan, dkk (1974) dalam penyebaran produk, beberapa jenis media dapat digunakan. Media tersebut dapat berbentuk jurnal pendidikan, majalah pendidikan, konferensi, pertemuan, dan perjanjian dalam berbagai jenis serta melalui pengiriman lewat e-mail.
Untuk kepentingan diseminasi ini, Thiagarajan, dkk (1974: 173) menetapkan kriteria keefektifan diseminasi, yaitu:
1.      Clarity. Information should be clearly stated, with a particular audience in mind.
2.      Validity. The information should present a true picture.
3.      Pervasiveness. The information should reach all of the intended audience.
4.      Impact. The information should evoke the desire response from intended audience.
5.      Timeliness. The information should be disseminated at the most opportune time.
6.      Practicality. The information should be presented in the form best suited to the scope of the project, considering such limitations as distance and available resources.

F. Kerangka Analisis Proyek-Proyek Penelitian Pengembangan baik pada Skripsi, Thesis maupun Disertasi
Kerangka ini didapat dari buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (PPKI) Universitas Negeri Malang.

BAB I    PENDAHULUAN
a.    Latar Belakang Masalah .........................................................    
b.     Tujuan Penelitian dan Pengembangan ....................................      
c.     Spesifikasi Produk yang Diharapkan......................................    
d.    Pentingnya Penelitian dan Pengembangan..............................    
e.     Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan.......    
f.      Definisi Istilah atau Definisi Operasional...............................    

BAB II   KAJIAN PUSTAKA
a.    Pengertian Belajar dan Pembelajaran Seni Budaya................    
b.     Media dan Multimedia Pembelajaran.....................................              
a. Klasifikasi Media................................................................     
b. Nilai dan Manfaat Media....................................................     
c.     Kriya Anyam...........................................................................     
d.    Software yang Digunakan dalam Pembuatan Media
Pembelajaran...........................................................................    


BAB III METODE PENELITIAN & PENGEMBANGAN
A.    Model Penelitian dan Pengembangan.....................................    
B.     Prosedur Penelitian dan Pengembangan.................................    
C.     Uji Coba Produk.....................................................................    
1. Desain Uji Coba...............................................................    
2. Subjek Coba.....................................................................    
3. Jenis Data.........................................................................    
4. Instrumen Pengumpulan Data..........................................    
5. Teknik Analisis Data........................................................    

BAB IV  HASIL PENGEMBANGAN
A.      Penyajian Data Validasi..........................................................    
B.       Analisis Data Validasi.............................................................    
C.       Revisi Produk..........................................................................    
D.      Penyajian Data Uji Coba……............................................... ..   
E.       Analisis Data Uji Coba…….................................................. ..   

BAB V  KAJIAN DAN SARAN
A.      Kajian Produk yang Telah Direvisi……................................ ..   
B.       Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk
... Lebih Lanjut…….................................................................. .    

G.                Sumber Pustaka

Borg, W.R & Gall, M.D. Gall, 1989. Educational Research: An Introduction Fifth Edition. New York: Longman.

Buhari, Bustang. 2013. Four-D Model (Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran dari Thiagarajan, dkk), (Online), (https://bustangbuhari.wordpress.com/), diakses 11 April 2015.

Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sujadi. 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta
Sukardjo. 2008. Hand Out Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PPs UNY
Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press.
Wati Salam, Reski. 2012. Penelitian Pengembangan, (Online), (http://reskiwatisalam.blogspot.co.id/2012/12/penelitian-pengembangan.html), diakses tanggal 20 Oktober 2015


No comments:

Post a Comment